Sinar Mas Dan Pemasok Bekerjasama Bangun Citra Positif Industri Sawit

Sinar Mas Dan Pemasok Bekerjasama Bangun Citra Positif Industri Sawit
Sinar Mas Dan Pemasok Bekerjasama Bangun Citra Positif Industri Sawit. Industri sawit nasional masih rawan dengan kampanye negatif dari negara tujuan ekspor. Karena itu perlu kesadaran semua pihak untuk menciptakan citra positif bagi sektor perkebunan yang berkontribusi besar terhadap kesejahteraan rakyat ini. Terkait hal ini, Sinar Mas Agribusiness and Food menggelar forum diskusi SMART SEED (Social and Environmental Excellent Development) yang keempat di Jakarta. Kegiatan itu bertujuan mengajak para pemasok independen berdiskusi dan berbagi pengetahuan mengenai  praktik perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan.
Untuk tahun ini, forum diskusi tahunan SMART SEED mengambil tema “Mempromosikan Industri Sawit yang Berkelanjutan dalam Upaya Mempercepat Pencapaian Sustainability Development Goals (SDGs)”. Kelapa sawit merupakan komoditas utama ekspor Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, tahun lalu nilai ekspor produk kelapa sawit mencapai USD23 miliar atau melampaui ekspor migas Indonesia yang hanya mencatat USD15 miliar. Capaian sawit juga jauh di atas ekspor lima komoditas perkebunan Indonesia lainnya, seperti karet, kakao, kopi, tebu, dan teh.
Sayangnya saat ini industri kelapa sawit dihadapkan pada tantangan maraknya persepsi negatif di antara para pemangku kepentingan, baik yang berada di dalam maupun di luar Indonesia. Sebagai salah satu pelaku industri kelapa sawit yang terintegrasi, Sinar Mas Agribusiness and Food mengajak para pemasok untuk membangun citra positif industri sawit yang berkelanjutan. Caranya dengan membagikan dan menceritakan kontribusi para permasok dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Director of Council of Palm Oil Producer Countries (CPOPC) Mahendra Siregar mengatakan, kelapa sawit adalah minyak nabati yang paling memenuhi ekspekatasi kriteria SDGs bila dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.
“Tanpa kelapa sawit akan sangat sulit melakukan pencapaian SDGs dan hal ini bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga untuk seluruh dunia. Saat ini pemerintah Indonesia telah mengambil posisi yang tegas dalam mengambil langkah-langkah nyata untuk memastikan industri sawit tidak mendapatkan diskriminasi dari pasar internasional,” kata Mahendra saat menggelar jumpa pers di sela-sela event SMART SEED di Jakarta. Managing Director Sustainability and Strategic Stakeholders Engagement Sinar Mas Agribusiness and Food Agus Purnomo menjelaskan, perusahaan telah melakukan berbagai upaya dalam menerapkan praktik industri sawit yang berkelanjutan.
Tentunya yang sejalan dengan tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan. Salah satu capaian SDGs perusahaan ialah dalam hal penguatan kemitraan untuk pembangunan berkelanjutan atau partnership for the goals. “Melalui kegiatan seperti SMART SEED, program kunjungan dan lokakarya, kami mengajak para pemasok untuk bermitra dan bersama-sama menerapkan praktik berkelanjutan di industri kelapa sawit,” jelasnya. Dia mengutarakan, setelah mencapai 100% kemamputelusuran untuk pabrik minyak kelapa sawit milik perusahaan, pihaknya masih memiliki pekerjaan besar.
“Kami menargetkan untuk mencapai 100% kemamputelusuran sumber bahan baku pabrik minyak kelapa sawit pihak ketiga pada tahun 2020. Ini merupakan langkah awal yang penting untuk mengenal para pemasok kami, sehingga dapat membantu mereka dalam penerapan prinsip dan praktik terbaik industri sawit yang berkelanjutan,” kata Agus. Pada kesempatan yang sama, Staf Ahli Menko Perekonomian Lin Che Wei menjelaskan, adanya rencana Uni Eropa untuk phasing out biofuel berbasis kelapa sawit pada 2021 adalah berdasarkan alasan-alasan sosial dan lingkungan, utamanya kerusakan hutan.”Keputusan Uni Eropa ini tidak datang tiba-tiba. Sudah sejak lama tekanan terhadap impor minyak sawit mendapat tekanan besar, utamanya dengan alasan-alasan lingkungan,” tuturnya.

Comments

Popular posts from this blog

Bank Dunia : Ekonomi RI Cuma Tumbuh 5,2% Hingga 2019

Teken MoU, Tiga BUMN Bekerjasama Dengan Lima Perusahaan Besar Eropa

Menko Darmin : Keputusan Impor Beras Ada Sejak Maret 2018